Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday 21 March 2010

NIKMAT ALLAH MANA YANG KALIAN DUSTAKAN?! Share

Kita bersyukur kepada Allah ‘azza wajalla Al-Khaliq, Ar-Raziq, Al-Malik, Al-Mudabbir Li Jami’il Umur, Dzat yang senantiasa memberikan nikmat kepada kita semua. Sungguh begitu banyak dan berlimpah nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya. Seluruh manusia setiap harinya tenggelam dan larut dengan nikmat-nikmat Allah subhanahu wata’ala, sehingga Maha Benar Allah ‘azza wajalla yang berulang kali menyebutkan tentang apa yang telah diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala berupa nikmat ini kepada hamba-Nya di dalam Al-Qur’an:

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ.

“Maka nikmat Allah yang mana yang kalian dustakan.” (Ar-Rahman, disebutkan secara berulang dalam surat ini)

Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah …

Di dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala menjelaskan dan menegaskan kepada hamba-hamba-Nya bagaimana Allah subhanahu wata’ala telah menurunkan nikmat ini, entah itu nikmat yang sifatnya zhahir (nampak dan bisa dirasakan secara lahiriah) seperti kesehatan, atau kenikmatan lainnya yang bisa kita rasakan, ataupun nikmat yang sifatnya batin seperti ketenangan, ketentraman, dan yang lainnya. Allah subhanahu wata’ala menyatakan dalam Al Qur’an:

وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ.

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 34)

Kalian minta rizki, Allah subhanahu wata’ala berikan, kalian minta ketenangan, kebahagiaan, keturunan, Allah subhanahu wata’ala berikan. Semuanya diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada setiap hamba-Nya yang meminta kepada-Nya. Dan jika kalian mencoba menghitung nikmat-nikmat Allah subhanahu wata’ala yang telah kalian rasakan, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya, begitu besar dan banyak nikmat Allah subhanahu wata’ala ini, sampai-sampai hamba-Nya tidak merasakan bahwa itu adalah sebuah nikmat.

Dan sesungguhnya manusia itu terus dan senantiasa berbuat zhalim dan selalu kufur. Dia merasakan nikmat-nikmat Allah, akan tetapi tidak henti-hentinya berbuat kezhaliman kepada-Nya secara terang-terangan. Dan dia selalu kufur terhadap nikmat-nikmat Allah subhanahu wata’ala, tidak menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya. Padahal nikmat itu telah diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk memudahkan dia agar berada di atas ketaatan kepada-Nya.

Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah …

Oleh sebab itu, sangatlah penting dan wajib bagi kita untuk mengetahui arti dan hakikat nikmat itu sendiri. Apakah nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala akan mendatangkan keridhaan dari-Nya ataukah sebaliknya. Dan ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya sebuah nikmat itu diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala adalah sebagai sebuah ujian, belum tentu orang yang telah diberi nikmat oleh Allah ‘azza wajalla dengan nikmat yang banyak, berarti itu tanda bahwasanya dia dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala, bukan seperti itu.

Al-Imam Salamah bin Dinar rahimahullah ketika menjelaskan hakikat sebuah nikmat, beliau menyatakan:

كُلُّ نِعْمَةٍ لاَ تُقَرِّبُكَ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَهِيَ بَلِيَّةٌ.

“Setiap nikmat yang dengan nikmat itu engkau tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wajalla, ketahuilah yang demikian itu adalah malapetaka yang akan membinasakan.” (Al-Baihaqi di Syu’abil Iman, Abu Nu’aim di Al-Hilyah)

Inilah nasehat dari seorang alim rabbani yang mengetahui hakikat dan arti sebuah nikmat.

Nikmat apa pun, yang dengan itu kalian tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, -padahal nikmat itu diberikan agar kita mudah untuk mendekatkan diri kepada Allah-, akan tetapi sebaliknya, hamba-hamba Allah ini kufur sehingga ia semakin jauh dari Allah subhanahu wata’ala, bahkan terlena sebagiannya dengan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya itu, maka ketahuilah yang demikian itu adalah bukan sebuah nikmat yang hakiki, tetapi itu adalah malapetaka yang akan membinasakan manusia itu sendiri.

Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah …

Berapa banyak dari nikmat yang kita rasakan, kita merasa bahwa nikmat itu besar, akan tetapi banyak di antara kita yang lalai dari nikmat itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hamba Allah dan utusan-Nya, pernah memberikan nasehat kepada para shahabatnya tentang arti dan hakikat sebuah nikmat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad di dalam Musnadnya dan juga Al-Imam Ibnu Jarir dan Al-Imam Ibnu Abi Hatim rahimahumullah dari shahabat ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ.

“Jika engkau melihat bahwasanya Allah memberikan dunia kepada seorang hamba dalam keadaan hamba itu terus melakukan kemaksiatan yang dia gemari, maka ketahuilah yang demikian itu adalah istidraj dari Allah.”

Sengaja Allah subhanahu wata’ala berikan kepada hamba-Nya berbagai macam nikmat, dan nanti Allah ‘azza wajalla pada hari kiamat akan meminta pertanggungjawaban hamba-Nya tadi dari setiap apa yang ia terima dari nikmat itu. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah …

Maka sangat penting bagi kita untuk memperhatikan masalah seperti ini agar tidak terlena dengan nikmat yang ada pada pada diri kita, bisa jadi nikmat tersebut adalah ujian dari Allah subhanahu wata’ala. Bisa juga nikmat tersebut adalah bentuk keridhaan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-Nya, jika nikmat tersebut bisa digunakan untuk ketaatan kepada Allah ‘azza wajalla.

No comments:

Post a Comment