Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday 5 September 2010

3 SIFAT INSAN BERTAKWA

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُُهُ ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ، أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

فَيَا أَيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ اَّلذِيْنَ رَضُوْا بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلِإسْلامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَا نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُؤْمِنُوْنَ اْلمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ :

{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102] .

{ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا } [النساء: 1] .

{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70- 71].

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَالْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا أَلَا وَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

Allahu Akbar 3x La ilaha illallah wallahu Akbar Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…,

Yang pertama; luapan puja-puji syukur kita haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas semua nikmat-Nya yang tak terhingga, terlebih nikmat hidayah dan iman yang hanya Dia berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Semoga kita senantiasa merengkuh nikmat agung ini hingga kita bersua Allah Ta’ala, karena inilah kenikmatan dunia yang menyerupai kenikmatan akherat, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, “Tiada nikmat di dunia yang menyerupai nikmat di akherat kecuali nikmat iman dan kebaikan.” Lebih dari itu, dan ini yang perlu kita sadari bersama; nikmat iman inilah yang paling diinginkan oleh orang-orang kafir di neraka jahannam kelak. Allah Ta’ala berfirman,

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ (2) ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الأمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (3)

“Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dibuai oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (al Hijr : 2-3).

Dan karena nikmat iman ini pula, Allah mewajibkan shiyam ramadhan kepada kita, orang-orang beriman melalui firman-Nya,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (al Baqarah : 183).

Yang kedua; shalawat dan salam kita haturkan kepada uswah hasanah dan qudwah shalihah, yaitu Nabi Muhammad, sebagaimana Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk beliau. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56).

Rasulullah bersabda,

الْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Yang disebut orang bakhil adalah orang yang apabila namaku disebut namun ia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. Ahmad Ibnu Hibban dan al Hakim).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, beliau juga bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

“Barang siapa bershalawat kepadaku” kata Nabi, “Maka Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali.”

Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin arsyadakumullah

Pada saat ini kita berada pada hari yang agung, hari di mana Allah Azza Wa Jalla memperlihatkan kemuliaan dan keagungan-Nya karena seluruh umat TAUHID di segenap penjuru dunia, bersedia untuk bangkit secara serentak menggemakan dan mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid :
الله اكبر X 3 لا اله إ لاّ الله و الله أكبر الله اكبر و لله الحمد

Lantunan takbir, tahlil dan tahmid ini merupakan realisasi rasa syukur, sebagai ungkapan kesadaran, kalimat keyakinan, serta merupakan panji-panji kemenangan dan kejayaan umat Islam setelah sebulan lamanya mereka dididik dan ditarbiyah oleh Allah dalam madrasah ramadhaniyah. Madrasah yang tujuan utamanya adalah menjadikan pesertanya hamba-hamba yang bertakwa kepada Allah. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (al Baqarah : 183).

Ma’asyiral Muslimin yahdikumullah…,

Takwa, itulah tujuan utama Allah mewajibkan shiyam ramadhan kepada kita. Adanya derajat takwa yang bisa diraih pada bulan ramadhan tentunya memberikan kesimpulan kepada kita bahwa amalan-amalan yang kita lakukan pada bulan tersebut –sebagiannya- adalah amalan orang-orang bertakwa. Lantas, kita bertanya? Apakah amalan-amalan orang-orang yang bertakwa itu?

Jawabannya tertuang dalam al Qur’an. Diantaranya, apa yang Allah Ta’ala sebutkan dalam surat adz Dzariyat : 15-19, tentang amalan orang-orang bertakwa yang dijanjikan jannatun wa ‘uyun, tempat yang dipenuhi berbagai kenikmatan tak terlukiskan. Allah berfirman,

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ {15} ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ {16} كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ {17} وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ {18} وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ {19}

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak menjaga dirinya dari meminta-minta.”

Di dalam ayat-ayat yang mulia ini, Allah menyebutkan tiga ciri orang bertakwa; yaitu gemar shalat malam yang ini berwujud shalat tarawih pada bulan ramadhan, beristighfar di waktu sahur dan memberikan sedekah kepada orang-orang yang miskin papa, yang berwujud memberikan buka puasa dan bersedekah semampu kita.

Dan pada kesempatan yang mulia ini, perkenankan kami untuk menyampaikan tiga sifat orang bertakwa ini secara singkat.

Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd

Jama’ah shalat iedul fitri rahimakumullah….,

Sifat orang bertakwa yang pertama adalah kanu qalilan minal laili ma yahja’un. mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Artinya, orang yang bertakwa adalah orang yang gemar shalat malam.

Allah berfirman kepada nabi-Nya,

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

“Dan pada sebahagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (al Isra’ : 79).

Rasululloh juga pernah bersabda,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ

“Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, karena ia merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kalian kepada Allah, menjaga diri dari dosa, menghapus kesalahan dan menghilangkan penyakit dari tubuh.” (HR. at Tirmidzi, Ahmad, al Baihaqi dan al Hakim).

Teladan paling agung dalam masalah ini adalah Nabi Muhammad sendiri. Pernah, ada seorang shahabat bertamu ke rumah ummul mukminin Aisyah, salah satu istri Rasululloh tercinta. Ia bertanya kepada ibunda Aisyah, “Wahai ibunda, dalam kehidupan Rasululloh, kejadian apakah yang paling menakjubkan ?.”

Ketika diingatkan dengan orang yang paling dicinta, ummul mukminin Aisyah tidak bisa menutupi kerinduannya kepada Rasululloh, suaminya tercinta. Ia menangis.., air mata berlinang membasahi pipinya. Teringat kepada Rasul mulia, Muhammad.

Dan dengan sesenggukan isak tangisnya, ia menjawab, “Duhai saudaraku, semua kehidupan Rasululloh adalah menakjubkan.” “Baiklah. Akan aku ceritakan kisah yang paling menakjubkan dari beliau.” Lanjut ummul mukminin, Aisyah.

“Pernah, suatu malam…., kami berada di tempat pembaringan. Kulitku dan kulit beliau sudah bersentuhan. Namun.., beliau meminta izin kepadaku, “Biarkanlah aku beribadah kepada rabb-ku.” Aku menjawab, “Wahai Rasululloh, aku ingin dekat denganmu, dan siap melayanimu.” Namun Rasululloh tetap ingin beribadah pada malam itu.

Beliau mengambil air wudhu, dan shalat. Bermunajat dan bersimpuh di hadapan Allah dengan penuh kekhusyukan. Ketika berdiri, beliau menangis. Ketika duduk beliau pun menangis, dan air mata beliau yang suci membasahi janggutnya. Dan ketika selesai shalat, beliau berbaring, dan beliau juga menangis. Beliau melakukan shalat dan menangis seperti itu hingga Bilal bin Rabbah datang untuk mengumandangkan adzan yang pertama.

Melihat orang yang paling dicintainya menangis sedemikian rupa, Bilal bin Rabbah, shahabat yang menjadi mu’adzin beliau, juga menangis sesenggukan…, dan bertanya, “Wahai Rasululloh, bukankah Allah sudah mengampuni dosa anda, baik yang telah lalu maupun yang terkemudian ?”

Rasululloh menjawab, “Afala akunu abdan syakura….tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur ?.”

Subhanallah. Manusia mulia, yang ma’shum; terhindar dari dosa, dan manusia yang paling baik kualitas imannya dan paling tinggi takwanya saja masih senantiasa melaksanakan shalat malam dengan berlinang air mata. Maka kita, sebagai umat beliau, yang tidak memiliki jaminan sejengkal tempat pun di jannah nanti lebih pantas untuk memperbanyak ibadah kita kepada Allah Ta’ala.

Bahkan, dalam kondisi perang sekalipun, beliau tidak meninggalkannya. Ali pernah berkata, “Pada perang badar, kami tidak memiliki seorang pasukan berkuda pun selain Miqdad. Sungguh, aku memperhatikan kondisi kaum muslimin pada hari itu, dan tidak ada seorangpun yang bangun selain Rasululloh. Di bawah pohon beliau mengerjakan shalat dan menangis hingga pagi tiba.”

Kenikmatan bercumbu dan bermunajat kepada Rabb alam semesta di kegelapan malam seperti inilah yang juga dirasakan oleh Abu Sulaiman ad Darani sehingga ia berkata, “La ahluth tha’ah fi lailihim aladdzu min ahlil lahwi bi lahwihim…., sungguh kenikmatan yang dirasa oleh orang yang shalat malam jauh lebih nikmat dan lebih lezat daripada kenikmatan yang dirasa oleh orang yang bermaksiat dan suka berhura-hura.”



Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd

Jama’ah shalat iedul fitri yahdikumullah….,

Sifat orang bertakwa yang kedua adalah wa bil ashari hum yastaghfirun, mereka beristighfar di waktu sahur

Waktu sahur adalah waktu yang penuh keutamaan, kemuliaan dan kebaikan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir, padahal Nabi kita tercinta pernah bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

“Allah Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia berfirman, “Siapa yang berdoa akan aku kabulkan. Siapa yang meminta akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun akan Aku ampuni.”

Indah. Semua doa yang kita panjatkan akan dikabulkan oleh Allah. Apa yang kita pinta akan diberi, dan istighfar kita akan berbuah ampunan dari Allah Ta’ala.”

Adakah yang kita harapkan selain ampunan dari Allah atas segala kesalahan dan dosa kita. Dosa mata kita, dosa kaki kita, dosa tangan kita, dosa lisan kita, bahkan dosa hati kita. Dosa karena banyak hak Allah yang belum bisa kita tunaikan dengan sebenar-benarnya, dosa karena banyak sekali larangan Allah yang kita langgar padahal kita tahu….kita yakin….dan kita sadar sepenuhnya bahwa Allah melihat semua perbuatan kita. Karenanya, sifat orang bertakwa adalah memohon ampun atas semua kemaksiatan dan dosa yang pernah diperbuatnya, tersengaja maupun tidak.

Para ulama’ menyebutkan bahwa taubat dan beristighfar dari dosa adalah wajib. Oleh karenanya Allah berfirman, “Wa man lam yatub fa ulaika humuzh zhalimun…., dan siapa yang tidak bertaubat maka dia adalah orang yang zhalim.” Ya. Orang yang tidak bertobat, tidak beristigfar dan tidak mau mengakui kesalahan dengan memohon ampunan Allah adalah orang zhalim. Pikirannya picik karena tidak mengakui dosanya padahal Rasululloh pernah bersabda, “Kullu bani Adam Khattaha’un wa khairul khattha’in at tawwabun….setiap anak adam adalah berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang-orang yang bertaubat.”

Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd

Jama’ah shalat Iedul Fitri Rahimakumullah….

Adapun sifat yang ketiga adalah, wa fi amwalihim haqqun lis sa’ili wal mahrum, dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta.


Sifat ini juga tercantum dalam surat Ali Imran 133-134. Allah berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran : 133-134).

Sedekah…., baik dalam keadaan lapang maupun sempit inilah yang merupakan salah satu sifat orang-orang bertakwa.

Termasuk sifat ar Rahman ar Rahim Allah kepada segenap orang-orang beriman adalah Dia memerintahkan agar mereka bersedekah….berinfak….di jalan Allah. Di antaranya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ -البقرة :254-

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ –البقرة :267-

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ –البقرة :195-

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ –المنافقون :10-

Dan ayat-ayat lain yang semisal. Kita bertanya, “Sedemikian pentingkah bersedekah sehingga Allah selalu mengulang perintah bersedekah ini dalam banyak ayat-Nya?”

Jawabannya adalah Ya. Allah memerintahkan kita untuk bersedekah karena kebaikannya akan kembali kepada diri kita. Kita tentu ingat dengan salah satu hadits Nabi yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan ad Darimi, Rasululloh menyebutkan bahwa kedua telapak kaki anak adam tidak bergeser hingga ia ditanya tentang empat hal; tentang umurnya untuk apa dihabiskan?, tentang ilmunya apa yang sudah dia amalkan?, tentang hartanya: dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa dihabiskan?, dan tentang tubuhnya untuk apa ia pergunakan?.” Syaikh al Albani mengomentari hadits ini sebagai hadits Shahih.

Jama’ah shalat Iedul Fitri Rahimakumullah….

Pada suatu hari, ada seseorang yang meninggal dunia. Dan ketika dipekuburan, ada seorang shalih bertanya kepada orang yang di sampingnya, kemudian ia bertanya,

Kamu tahu, apa yang diinginkan oleh fulan yang sedang dikuburkan ini?”

“Ya.”

“Apa itu?”

“Ia pasti ingin dikembalikan ke dunia, agar bisa menambah pundi-pundi amal kebajikannya.”

“Kamu benar, tetapi itu tidak mungkin. Oleh karenanya, mumpung kita masih hidup dan diberi kesempatan oleh Allah mari kita memperbanyak amal shaleh kita.”

Ya. Tidak ada orang yang meninggal kecuali ia ingin kembali ke dunia; kalau ia orang baik, ia ingin kembali ke dunia untuk menambah amalnya agar bisa meninggikan derajatnya di sisi Allah, sedang kalau ia orang fajir, ia juga ingin kembali ke dunia untuk beramal shaleh sebanyak-banyaknya agar bisa memperingan siksanya.

Jama’ah sekalian, tahukah kita, amal shalih apakah yang paling mereka sesali?

Jawabannya, ada pada surat al Munafiqun ayat 10. Allah berfirman,

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ –المنافقون :10-
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian mendatangi salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (al Munafiqun : 10).

Kata, “fa ashshaddaqa.” menunjukkan bahwa amalan yang paling banyak disesali oleh orang-orang terdekat kita yang sudah tiada, kakek-nenek kita yang sudah meninggal dunia, karib kerabat yang sudah meninggalkan kita untuk selama-lamanya, dan tetangga-tetangga kita yang sudah berkalang tanah, serta semua manusia yang sudah mendahului kita bertemu Allah Ta’ala, adalah agar mereka bisa bersedekah….agar mereka bisa berinfak….karena sekali lagi, harta kita yang sebenarnya adalah harta yang kita sedekahkan …harta yang kita infakkan …., bukan harta yang kita makan.

Dan kepada ibu-ibu…., segenap kaum hawa, kami berwasiat sebagaimana apa yang dinasehatkan oleh Rasululloh. Setelah beliau menyampaikan khotbah iedul fitri, beliau mendatangi kaum wanita dan bersabda,

“Wahai segenap kaum wanita…, bersedekahlah, dan perbanyaklah istighfar karena aku melihat mayoritas penghuni neraka adalah para wanita.”

“Karena sebab apa wahai Rasululloh ?” tanya mereka.

“Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri pemberian suami.” Jawab Nabi Muhammad.

Itulah tiga sifat orang bertakwa yang dijanjikan jannah oleh Allah Ta’ala. Jannah, ma la ainun raat wa la udzunun sami’at wa la khathara ala qalbil basyar…., kenikmatan jannah yang tidak terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terlintas oleh sanubari. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk mengamalkan amalan-amalan ahli jannah ini. Amin.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَّللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وْالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى دِينِنَا وَدُنْيَانَا وَأَهْلِنَا وَمَالِنَا اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وَآمِنْ رَوْعَاتِنَا اللَّهُمَّ احْفَظْنِا مِنْ بَيْنِ أيَدينَا وَمِنْ خَلْفِنَا وَعَنْ يَمِينِنَا وَعَنْ شِمَالِنَا وَمِنْ فَوْقِنَا وَنعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

2 comments: