Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, 4 January 2010

PENGERTIAN SILATURAHIM




Shilah artinya Hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari Rahima-Yarhamu-Rahmun/ Rahmatan yang berarti lembut dan kasih sayang. Taraahamal-Qaumu artinya kaum itu saling berkasih sayang. Taraahama 'Alayhi berarti mendo'akan seseorang agar mendapat rahmat. Sehingga dengan pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin silaturrahmi apabila ia telah menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan bukan dalam dosa dan kema'siatan.


Selain itu kata ar-Rahm atau ar-Rahim juga mempunyai arti peranakan (rahim) atau kekerabatan yang masih ada pertalian darah (persaudaraan). Inilah keunikan Bahasa Arab, Satu kata saja sudah dapat menjelaskan definisinya sendiri tanpa bantuan kata-kata lain. Dengan demikian Shilaturrahmi atau Shilaturrahim secara bahasa adalah menjalin hubungan kasih sayang dengan saudara dan kerabat yang masih ada hubungan darah (senasab). Seseorang tidak dapat dikatakan menjalin hubungan silaturrahmi bila ia berkasih sayang dengan orang lain sementara saudara dan kerabatnya dia jadikan musuh. Islam dalam hal ini mengajarkan kepada kita tentang skala prioritas, yaitu dahulukanlah keluarga dan kaum kerabatmu baru kemudian orang lain. Hubungan baik dengan orang lain jangan sampai merusak hubungan kekeluargaan. Hubungan kasih sayang dengan istri jangan sampai merusak hubungan kita dengan orang tua dan saudara.


Peliharalah Tali Silaturrahmi, maksudnya peliharalah hubungan kekeluargaan kamu. Jangan sampai kamu lupa dengan nasab kamu, orang tua kamu, saudara-saudara kamu dan kerabat-kerabat kamu. Setelah itu baru peliharalah hubungan kasih sayang dengan orang-orang mu`min sebagaimana dengan saudara sendiri.


Anjuran menjalin Silaturrahmi adalah anjuran untuk tidak melupakan nasab dan hubungan kekerabatan. Satu-satunya bangsa yang paling hebat dalam menjalankan silaturrahmi adalah bangsa Arab. Mengapa? Karena mereka tidak lupa nenek moyang mereka. Makanya mereka selalu mengaitkan nama mereka dengan bapak, dan kakek-kakek mereka ke atas. Oleh karena itu dalam nama mereka pasti ada istilah bin atau Ibnu yang artinya anak.


Nabi kita Muhammad Saw mengetahui nasabnya sampai beberapa generasi sebelumnya. Nasab beliau adalah Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul-Muthalib bin Hasyim bin Abdul- Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.


Bukan hanya Nabi yang seperti itu, hampir seluruh orang-orang Arab mengetahui nasabnya masing-masing sampai beberapa generasi sebelumnya. Hubungan kekeluargaan dan persaudaraan diantara mereka sangat kuat. Allah menjadikan mereka sebagai contoh untuk diteladani. Lalu bagaimana dengan bangsa-bangsa lain dan bangsa kita yang kebanyakan mengetahui hanya sampai kakek dan buyut. Akibat pengetahuan nasab yang terbatas ini maka efeknya sangat memprihatinkan.


Diantaranya tidak mengetahui saudaranya yang jauh, menganggap bahwa dirinya tidak punya saudara, tidak mendapat bantuan dan pertolongan bila dirinya mengalami kesengsaraan, tidak punya tempat untuk mengadu dan meminta pertolongan kecuali orang lain. Akhirnya ujung-ujungnya timbullah kemiskinan, anak gelandangan, dan lain sebagainya. Padahal seandainya mereka mengetahui nasab mereka siapa tahu bahwa direktur perusahaan disamping gubuknya adalah saudaranya dari buyut kakeknya.


Inilah salah satu hikmah perintah bersilaturrahmi. Bersilaturrahmi atau menjalin hubungan kasih sayang yang kuat diantara saudara dan keluarga pihak kakek dan nenek ke atas. Kalau bisa kita menghafalnya sebagaimana bangsa Arab menghafal nasab-nasab mereka baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu.


Allah dalam al-Qur`an secara spesifik memerintahkan umat Islam untuk menjalin silaturrahmi/ silaturrahim;


يَاأيّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَ نِسَآءً وَاتَّقُوْا اللهَ الًّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَ الأرْحَامَ إنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْـبًا (النساء : 1)


Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (an-Nisa`:1)


Dari Miqdam ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:


إنَّ اللهَ يُوْصِيْكُمْ بِأُمَّهَاتِكُمْ إنَّ اللهَ يُوْصِيْكُمْ بِأبآئِكُمْ إنَّ اللهَ يُوْصِيْكُمْ بِالْأَقْرَبِ فَالْأقْرَبِ


Sesungguhnya Allah berwasiat agar kalian berbuat baik kepada ibu-ibumu, sesungguhnya Allah berwasiat agar berbuat baik kepada bapak-bapakmu dan sesungguhnya Allah berwasiat kepada kamu agar berbuat baik kepada sanak kerabatmu (Silsilah Hadits Shahih; al-Albani)


Menyambung hubungan kekerabatan adalah wajib dan memutuskannya merupakan dosa besar. Dari Jubair bin Muth'im bahwa Nabi Saw bersabda:


لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحْمٍ (متفق عليه)


Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan persaudaraan (Muttafaq 'Alaih)


Silaturrahmi tidak hanya bagi saudara sedarah (senasab) tapi juga saudara seiman. Allah Swt memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik dengan orang tua, saudara, kaum kerabat, dan orang-orang mu`min yang lain. Namun dalam hubungan silaturrahmi yang diutamakan adalah sanak famili yang masih ada hubungan darah (senasab) baru kemudian orang-orang beriman yang tidak ada hubungan darah dengan kita. Karena mereka-lah yang lebih dekat hubungannya dengan kita.


Begitu juga apabila kita meminta bantuan maka yang lebih layak kita minta adalah sanak famili kita, baru kemudian orang lain. Karena mereka dan kita sama-sama punya hak dan kewajiban untuk saling tolong-menolong.


Di dalam Islam anjuran berinfak ditujukan kepada kaum kerabat kita yang miskin dulu baru kepada orang lain. Allah berfirman :


... وَ أُوْلُوْا الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِيْ كِتَابِ اللهِ مِنَ المُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُهَاجِرِيْنَ إلاَّ أنْ تَفْعَلُوْآ إلَى أوْلِيَآئِكُمْ مَّعْرُوْفًا ... (الأحزاب : 6)


... Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) menurut Kitab Allah daripada orang-orang Mukmin (lain) dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada mereka (saudaramu seiman)… (al-Ahzab: 6)


Apabila manusia memutuskan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk dihubungkan. Maka ikatan sosial masyarakat akan hancur berantakan, kerusakan menyebar di setiap tempat, permusuhan terjadi dimana-mana, sifat egoisme muncul kepermukaan. Sehingga setiap individu masyarakat menjalani hidup tanpa petunjuk, seorang tetangga tidak mengetahui hak tetangganya, seorang faqir merasakan penderitaan dan kelaparan sendirian karena tidak ada yang peduli.


Dan jangan sampai kita memutuskan tali silaturrahmi hanya karena gara-gara pekerjaan dan jabatan. Silaturrahmi lebih tinggi nilainya dari itu semua. Allah berfirman :


فَهَلْ عَسَيْتُمْ إنْ تَوَلَّيْتُمْ أنْ تُفْسِدُوْا فِي الأرْضِ وَتُقَطَِعُوْآ أرْحَامَكُمْ (محمد: 22)


Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan (silaturrahim) ? (QS. Muhammad: 22)


Kiat-Kiat Mempererat Hubungan Silaturrahmi


1. Mendahulukan Sanak-Famili yang terdekat dalam segala kebaikan, terutama orang tua. Orang tua adalah kerabat terdekat yang mempunyai jasa tidak terhingga dan kasih sayang yang besar sehingga seorang anak wajib mencintai, menghormati dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya walaupun keduanya musyrik. Kedua orangtuanya berhak mendapat perlakuan baik di dunia namun bukan mengikuti kesyirikannya. Apabila mereka faqir maka kewajiban kitalah yang membantunya pertama kali. Kemudian saudara-saudara kita seperti paman dan bibi baru setelah itu orang lain yang seiman. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari Nabi Saw :


أَمَّا شَعُرْتَ أَنَّ عَمَّ الرَّجُلِ صَنُوْ أبِيْهِ


Apakah kamu tidak sadar bahwa paman seseorang adalah saudara bapaknya.


2. Mengingat Kebaikan Sanak-Famili kita, tanpanya mungkin kita tidak akan berarti.


3. Menghafal Nasab dan seluruh nama-nama saudara kita, dari mulai kakek dan nenek ke atas sampai kepada keturunan-keturunan mereka. Untuk hal ini sebaiknya kita membuat diagram silsilah keluarga agar dapat diingat oleh generasi berikutnya supaya mereka tetap melanjutkan tali silaturrahmi setelah kita tiada (meninggal).


4. Jangan menyakiti, menzhalimi dan berbuat buruk kepada sanak-famili kita. Sebaiknya kita-lah yang menjadi solusi untuk memecahkan segala permasalahan mereka.


Sesungguhnya orang-orang yang selalu menjaga tali silaturrahmi akan diberkahi oleh Allah dalam usahanya, rizki dan umurnya. Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda :


مَنْ أحَبَّ أنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَ يُنْسَأ لَهُ فِي أثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه (متفق عليه)


Barangsiapa yang senang diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya (diberkahi), maka hendaklah ia bersilaturrahmi (Muttafaq 'Alaih)


sumbangan dari:
Dakwah Islamiah Ismi

~~Janji Allah~~



Sesungguhnya "keseimbangan" antara pahala dan dosa yang di punyai oleh setiap hamba Allah, dapat diibaratkan seperti, "Orang buta yang melangkahkan kaki menuju perjalanannya."

Maka sebagaimana keberadaan tongkat dan naluri yang terdapat pada dirinya, semoga orang buta itu tidak tercebur kedalam kubangan. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang beriman, maka Allah swt dan Rasul-nya telah membekali mereka dengan al-Haqq. Semoga dengan bekal tersebut menjadikan setiap hamba Allah selamat sampai di tujuan akhir, lantaran mereka memang benar-benar mengharapkan keridhoan dan pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya.

Sementara untuk dosa, yakinlah wahai adinda, bahwa Allah mengampuni dosa-dosa yang dilakukan oleh setiap hamba-Nya, lebih cepat dan lebih mudah ketimbang ketika ia melakukan maksiat sebelumnya. Namun tentu saja ini dengan catatan, ia TIDAK pernah MENGULANGI lagi kesalahan-kesalahannya yang sama....

Laa tahzan yaa adinda dan kekanda ku semua, sesungguhnya janji Allah tak pernah meleset sedikit pun, PASTI...

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman;

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. az-Zumar : 53).

Shadaqallahul'azhiim...

sumbangan dari :
Dakwah Islamiah Ismi

!!!!!!...NILAI TUDUNG WANITA...!!!!!!!




Di sini Darul Nu'man ingin menyentuh tentang pemakaian tudung kaum wanita masa kini sebagai renungan bagi wanita Islam. Bila wanita menjaga auratnya dari pandangan lelaki bukan muhram, bukan sahaja dia menjaga maruah dirinya, malah maruah wanita mukmin keseluruhannya. Harga diri wanita terlalu mahal.

Ini kerana syariat telah menetapkan supaya wanita berpakaian longgar dengan warna yang tidak menarik serta menutup seluruh badannya dari kepala hingga ke kaki.

Kalau dibuat perbandingan dari segi harta dunia seperti intan dan berlian, ianya dibungkus dengan rapi dan disimpan pula di dalam peti besi yang berkunci. Begitu juga diumpamakan dengan wanita, Kerana wanita yang bermaruah tidak akan mempamerkan tubuh badan di khalayak umum. Mereka masih boleh tampil di hadapan masyarakat bersesuaian dengan garisan syarak. Wanita tidak sepatutnya mengorbankan maruah dan dirinya semata-mata untuk mengejar pangkat, darjat, nama, harta dan kemewahan dunia.

Menyentuh berkenaan pakaian wanita, alhamdulillah sekarang telah ramai wanita yang menjaga auratnya, sekurang-kurangnya dengan memakai tudung. Dapat kita saksikan di sana sini wanita mula memakai tudung. Pemakaian tudung penutup aurat sudah melanda dari peringkat bawahan hingga kepada peringkat atasan. Samada dari golongan pelajar-pelajar sekolah hinggalah kepada pekerja-pekerja pejabat-pejabat.

Walaupun pelbagai gaya tudung diperaga dan dipakai, namun pemakaiannya masih tidak lengkap dan sempurna. Masih lagi menampakkan batang leher, dada dan sebagainya. Ada yang memakai tudung, tetapi pada masa yang sama memakai kain belah bawah atau berseluar ketat dan sebagainya. Pelbagai warna dan pelbagai fesyen tudung turut direka untuk wanita-wanita Islam kini.

Ada rekaan tudung yang dipakai dengan songkok di dalamnya, dihias pula dengan kerongsang (broach) yang menarik. Labuci warna-warni dijahit pula di atasnya. Dan berbagai-bagai gaya lagi yang dipaparkan dalam majalah dan suratkhabar fesyen untuk tudung. Rekaan itu kesemuanya bukan bertujuan untuk mengelakkan fitnah, sebaliknya menambahkan fitnah ke atas wanita.

Walhal sepatutnya pakaian bagi seorang wanita mukmin itu adalah bukan sahaja menutup auratnya, malah sekaligus menutup maruahnya sebagai seorang wanita. Iaitu pakaian dan tudung yang tidak menampakkan bentuk tubuh badan wanita, dan tidak berhias-hias yang mana akan menjadikan daya tarikan kepada lelaki bukan muhramnya. Sekaligus pakaian boleh melindungi wanita dari menjadi bahan gangguan lelaki yang tidak bertanggungjawab.

Bilamana wanita bertudung tetapi masih berhias-hias, maka terjadilah pakaian wanita Islam sekarang walaupun bertudung, tetapi semakin membesarkan riak dan bangga dalam diri. Sombong makin bertambah. Jalan mendabik dada. Terasa tudung kitalah yang paling cantik, up-to-date, sofistikated, bergaya, ada kelas dan sebagainya. Bertudung, tapi masih ingin bergaya.

Kesimpulannya, tudung yang kita pakai tidak membuahkan rasa kehambaan. Kita tidak merasakan diri ini hina, banyak berdosa dengan Tuhan mahupun dengan manusia. Kita tidak terasa bahawa menegakkan syariat dengan bertudung ini hanya satu amalan yang kecil yang mampu kita laksanakan. Kenapa hati mesti berbunga dan berbangga bila boleh memakai tudung?

Ada orang bertudung tetapi lalai atau tidak bersembahyang. Ada orang yang bertudung tapi masih lagi berkepit dan keluar dengan teman lelaki . Ada orang bertudung yang masih terlibat dengan pergaulan bebas. Ada orang bertudung yang masih menyentuh tangan-tangan lelaki yang bukan muhramnya. Dan bermacam-macam lagi maksiat yang dibuat oleh orang-orang bertudung termasuk kes-kes besar seperti zina, khalwat dan sebagainya.

Jadi, nilai tudung sudah dicemari oleh orang-orang yang sebegini. Orang Islam lain yang ingin ikut jejak orang-orang bertudung pun tersekat melihat sikap orang-orang yang mencemari hukum Islam. Mereka rasakan bertudung atau menutup aurat sama sahaja dengan tidak bertudung. Lebih baik tidak bertudung. Mereka rasa lebih bebas lagi.

Orang-orang bukan Islam pula tawar hati untuk masuk Islam kerana sikap umat Islam yang tidak menjaga kemuliaan hukum-hakam Islam. Walaupun bertudung, perangai mereka sama sahaja dengan orang-orang bukan Islam. mereka tidak nampak perbezaan agama Islam dengan agama mereka.

Lihatlah betapa besarnya peranan tudung untuk dakwah orang lain. Selama ini kita tidak sedar diri kitalah agen bagi Islam. Kita sebenarnya pendakwah Islam. Dakwah kita bukan seperti pendakwah lain tapi hanya melalui pakaian.

Kalau kita menutup aurat, tetapi tidak terus memperbaiki diri zahir dan batin dari masa ke semasa, kitalah punca gagalnya mesej Islam untuk disampaikan. Jangan lihat orang lain. Islam itu bermula dari diri kita sendiri.

Ini tidak bermakna kalau akhlak belum boleh jadi baik tidak boleh pakai tudung. Aurat, wajib ditutup tapi dalam masa yang sama, perbaikilah kesilapan diri dari masa ke semasa. Tudung di luar tudung di dalam (hati). Buang perangai suka mengumpat, berdengki, berbangga, ego, riak dan lain-lain penyakit hati.

Walau apapun, kewajipan bertudung tidak terlepas dari tanggungjawab setiap wanita Muslim. Samada baik atau tidak akhlak mereka, itu adalah antara mereka dengan Allah. Amat tidak wajar jika kita mengatakan si polanah itu walaupun bertudung, namun tetap berbuat kemungkaran. Berbuat kemungkaran adalah satu dosa, manakala tidak menutup aurat dengan menutup aurat adalah satu dosa lain.

Kalau sudah mula menutup aurat, elak-elaklah diri dari suka bertengkar. Hiasi diri dengan sifat tolak ansur. Sentiasa bermanis muka. Elakkan pergaulan bebas lelaki perempuan. Jangan lagi berjalan ke hulu ke hilir dengan teman lelaki. Serahkan pada Allah tentang jodoh. Memang Allah sudah tetapkan jodoh masing-masing. Yakinlah pada ketentuan qada' dan qadar dari Allah.

Apabila sudah menutup aurat, cuba kita tingkatkan amalan lain. Cuba jangan tinggal sembahyang lagi terutama dalam waktu bekerja. Cuba didik diri menjadi orang yang lemah-lembut. Buang sifat kasar dan sifat suka bercakap dengan suara meninggi. Buang sikap suka mengumpat, suka mengeji dan mengata hal orang lain. jaga tertib sebagai seorang wanita. Jaga diri dan maruah sebagai wanita Islam. Barulah nampak Islam itu indah dan cantik kerana indah dan cantiknya akhlak yang menghiasi peribadi wanita muslimah.

Barulah orang terpikat untuk mengamalkan Islam. Dengan ini, orang bukan Islam akan mula hormat dan mengakui "Islam is really beautiful." Semuanya bila individu Islam itu sudah cantik peribadinya. Oleh itu wahai wanita-wanita Islam sekalian, anda mesti mengorak langkah sekarang sebagai agen pengembang agama melalui pakaian.


sumbangan dari :
Dakwah Islamiah Ismi

~~~…Ayah/Abi…~~~




Ayah!

Betapa menggetarkannya panggilan itu. Betapa mengharubirukannya nada itu. Betapa menggairahkannya suara patah-patah itu. Selalu ada nuansa baru setiap kali empat huruf itu menguntai menjadi kata dan meluncur dari mulut kecil seorang bocah.


Ayah!


Betapa kata itu memberi saya, dan juga kamu, bahkan kita semua para ayah, gairah kehidupan yang senantiasa mendorong langkah kita untuk melanjutkan perjalanan berat ini , merambah belantara dunia yang kadang tidak bersahabat, atau bahkan memecahkan seonggok karang besar di tengah samudera kehidupan.


Setelah kata iman, tak ada lagi kata dalam kamus kehidupan–selain kata ayah– yang mampu mengajari Anda tentang makna pertanggungjawaban yang paling hakiki. Sesuatu yang muncul dengan tulus saat Anda menangkap kesan ‘diharapkan’ dibalik panggilan itu. Sesuatu yang muncul dengan kuat dan elegan ketika Anda merasa menjadi ‘benteng’ proteksi dan perlindungan bagi sejumlah anak manusia. Sesuatu yang dapat merubah pemujaan Anda terhadap diri sendiri menjadi pengorbanan yang paling tulus ketika Anda harus menjadi perisai bagi beberapa jiwa manusia. Dan tiba-tiba saja Anda telah berada disitu, di depan kata ini;maut! Dan dua butir bola kecil yang membulir di celah pipi Anda takkan pernah membuatmu sedih, atau bahkan menyentuh perasaan yang begitu kuat menggelora dalam batin; kebanggaan.


Ayah!


Tapi kata ini adalah juga melodi yang paling harmoni dengan getaran obsesi kelaki-lakian kita. Beberapa bagian dari ‘makna sosial’ kelaki-lakian kita takkan pernah terpenuhi sebelum kata itu mengganti nama saya, dan juga Anda, untuk kemudian menjadi panggilan sehari-hari. Mimpi-mimpi superioritas Anda sebagian menjelma menjadi kenyataan disini; ketika bocah-bocah kecil itu bergelayutan di lengan kekar Anda, atau ketika istri Anda malakukan sesuatu yang tidak Anda senangi dan Anda mengatakan; saya tidak suka ini!


Mungkin Anda bukan penguasa negara, atau seorang jenderal dengan ribuan prajurit atau seorang manajer besar dengan ratusan bawahan. Mungkin sekali Anda hanya prajurit biasa, atau seorang bawahan kecil, atau seorang pesuruh. Tapi, rumah -walaupun hanya kontrak- tempat Anda setiap hari dipanggil ayah, adalah wilayah teritorial Anda. Dalam wilayah kecil itu, masih tersisa sesuatu yang bisa menberi Anda rasa berkuasa. Karena Anda adalah ayah. Karena Anda adalah qowwam (pemimpin)


Mungkin posisi dalam pekerjaan Anda tidak menggoda orang banyak untuk selalu memberi Anda seuntai senyum manis di pagi hari. Bahkan sebaliknya, Andalah yang harus setiap saat mengobral senyum untuk memberi kesan hormat, untuk memuaskan rasa berkuasa atasan Anda, dan untuk mempertahankan posisi Anda yang sebenarnya sudah sempit dan sumpek. Tapi, disini dalam wilayah teritorial Anda tadi, Anda berhak mendapat senyum dan ciuman tangan sebelum Anda berangkat ketempat kerja, untaian doa-doa sepanjang Anda di perjalanan dan tempat kerja, dan sebuah senyum manis ketika Anda mengetuk pintu rumah di sore hari. Anda memang berhak mendapatkan itu. Karena Anda seorang ayah. Juga karena Anda sangat membutuhkannya, sebab ia menciptakan keseimbangan sosiopsikis dalam diri Anda, memberi Anda proteksi psikologis, memaknai kehadiran sosial Anda sebagai manusia dan membuat Anda merasa lebih berharga. Anda membutuhkan perasaan-perasaan seperti itu, sesuatu yang menghilangkan rasa lelah dalam jiwa dan raga Anda, sama seperti ketenangan malam yang menghilangkan sengatan matahari siang.


Ayah!


Itulah kata yang mengajari Anda makna hakiki dari pertanggungjawaban, memberi Anda semua kebutuhan Anda akan rasa bangga, makna kehadiran sosial, obsesi kelaki-lakian, superioritas, rasa berkuasa. Itu ketika Anda memaknai kata itu dengan perilaku dan pola sikap yang balance dengan semua janji psikologis yang tersimpan dibaliknya.


Dan kita semua membutuhkan itu. Agar kita kuat mengarungi lautan kehidupan, agar kita tegar menerjang gelombang samudera, agar kulit perasaan kita tidak terbakar oleh sengatan matahari, agar telapak kaki kita tetap teguh melewati duri-duri, agar mata hati kita memandang lebih jauh dari batas kaki langit, agar ingatan kita mengenang sore dipagi hari dan mengenag pagi di sore hari; semua agar kita mampu memberi sesuatu bagi yang lain.


Kata itu memberi kita begitu banyak. Tapi semua yang diberikannya itu adalah membuat sesuatu yang akan membuat kita sanggup memberi. Sebab kita bukan lilin. Sebab kita adalah manusia. Sebab pecahan-pecahan diri kita adalah jiwa, adalah rasa, adalah raga.


Dan ketika Anda tidak mendapatkan itu, Anda akan merasakan betapa sulitnya mencari sumber lain yang dapat memberikan Anda sesuatu yang telah diberikan oleh Sang Ayah. Kekayaan akan menjadi ancaman ketika Anda memiliki dan menikmatinya sendiri. Popularitas akan berbalik menjadi bumerang ketika Anda harus menanggung bebannya seorang diri. Anda tidak akan pernah kuat mendayung perahu kehidupan ini seorang diri. Bumi besar ini akan berubah menjadi penjara kesepian yang akan mencampakkan Anda pada sunyi yang panjang tak berujung.


Kata itulah yang memungkinkan Anda menemukan ’sahabat-sahabat’ setia yang akan menemani Anda menikmati kekayaan Anda disaat Anda hidup dan setelah Anda mati. Kata itulah yang akan menciptakan ‘pengagum-pengagum’ abadi ketika popularitas Anda sedang menanjak dan ketika semuanya mencemoohkan Anda. Kata itulah yang membuat Anda selamanya merasa ‘diterima’.

Ayah!


Dan ketika lelaki-lelaki modern enggan menjadi kata itu, maka kata itu juga enggan menjadi mereka. Ketika mereka menolak janji-janji kata itu, menganggapnya sebagai gerbang menuju neraka, menganggapnya sebagai pintu penjara, kata itu justru enggan membantu mereka melepaskan diri dari jerat kesendirian, membasuh kulit mereka yang lepuh akibat sengatan matahari. Kata itu enggan menyediakan dermaga tempat mereka menambat perahu hati, berlabu dari galau kehidupan.


Satu-satu laki-laki modern itu mati tertusuk sembilu sepi. Dan padi-padi kuning yang dulu menyiur melambai, kini gugur satu-satu. Dunia kita telah menjelma menjadi tanah tandus yang retak, rumah-rumah kita menjadi sarang hantu yang begitu menyeramkan. Takkan pernah ada diantara mereka yang sanggup bertahan lama. Setiap jengkal tanah yang kita lewati adalah mayat. dan ketika mayat-mayat itu telah habis, kitalah yang menjadi jengkal tanah baru yang akan dilalui oleh mereka yang ditakdirkan hidup. Bumi kita bukan lagi firdaus. Ia telah menjelma menjadi kuburan tanpa batas.


Di ujung jengkal tanah itu, ketika tak lagi ada sisa mayat, ketika sebentar lagi ia akan menjadi sejengkal tanah, seorang lelaki tua dari tanah Egypt, aktor dunia yang kini bermukim di Perancis, berujar perlahan; “Ambillah segenap kekayaan dan popularitasku, tapi berikan aku seorang anak, biar tangisnya memecah sunyi dalam jiwaku. Aku ingin jadi ayah!”


Omar El Syarif, lelaki tua itu, seperti menyampaikan pesan dari dunia lain. ….. Rugilah lelaki yang tak merindukan panggilan itu…. Demi Alloh…!! sungguh RUGI…!!! menikahlah agar cita itu terwujud

sumbangan dari :

(Dakwah Islamiah Ismi)

APA ITU SYIRIK KECIL!?

Bismillaahirrohmanirrohiim
Assalamu’alaikum wahai saudara-saudariku rahiimakumullaah,


Apabila seseorang telah "menuhankan" manusia seperti terjadi pada banyak kasus seperti ramal-meramal, mengundi nasib dll, begitu juga bagi mereka yang meng-amin-i para pemimpin pemuja THOGHUT (bukan Syari’at Islam), dan dijadikan sistem dalam kepemimpinannya. Dengan demikian mereka telah sama-sama melangkah kepada dosa syirik besar yang sangat di benci oleh Allah swt.



Allah swt. berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS.an-Nisaa’ {4}: 48),

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan, manusia, dan jin. Sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. Jikalau Rabb-mu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS.al-An’aam {6}: 112).

Begitu juga dengan dosa2 syirik kecil yang mungkin tanpa kita sadari, dan bersumber dari banyak hal pula…

Sebagai contoh;
* Bolehkah kita berinternet-ria sepanjang hari...?
* Bolehkah kita punya mobil dan merawatnya dengan apik..?
* Bolehkah kita ini dan itu lainnya...?

Maka jawabannya insyaAllah BOLEH.



Tetapi hal tersebut dapat berubah menjadi syirik kecil, apabila;
Ketika adzan telah berkumandang, namun ia tetap saja asyik dengan komputernya. Atau jangan2 dia masih sibuk memengkilapkan ban mobilnya. Dengan begitu ia telah MENUHANKAN (komputer atau mobilnya), ketimbang panggilan sholat yang di perintahkan oleh RABB Yang telah menciptakannya.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan "Ulah Bisa Karena Biasa". Jadi bukan mustahil bila kebiasaan keliru dan menyesatkan yang bermula dari “hal kecil” itu, berkembang hingga akhirnya menjadi "TERBIASA" dan MERASA tidak berdosa lagi ketika melakukan dosa SYIRIK BESAR, naudzubillaah...

Kemudian muncul pula kata-kata munafik seperti; "Apa kata Boss deh, yang penting bos senang. Atau kalimat menggelikan yang bunyinya, Kaulah segalanya..Aku tak dapat hidup tanpa dirimu, dan lain sebagainya..."

MasyaAllaah, semoga kita di jauhkan dari berbagai hal yang dapat menyesatkan seperti itu, amiin...

Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS.an-Nisaa’ {4}: 116).

Mahabenar Allah dengan segala peringatan-Nya.


Wassalamu’alaikum wr.wb.

sumbangan dari :
(Dakwah Islamiah Ismi fb fan)